PSN Raih Predikat Provider Internet terbaik

Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan Malam Penghargaan dan Apresiasi Kewajiban Pelaksanaan Universal/Universal Service Obligation (KPU/USO), Selasa (25/7), di Gedung Dhanapala, Jakarta Pusat. Acara ini bertujuan mengapresiasi kepada sekaligus mengevaluasi kinerja mitra pelaksana KPU/USO.

Kepala Badan Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Anang Latif mengatakan, dana KPU/USO dipungut 1,25 persen dari pendapatan kotor operator telekomunikasi. Program ini berjalan sejak tahun 2005 untuk melengkapi pembangunan jaringan yang dilakukan operator. Semuanya dikembalikan lagi ke masyarakat, terutama di daerah tertinggal, terdepan, terbelakang (3T).

Penganugerahan mencakup 13 kategori bidang, mulai mitra operator seluler yang wajib membayar kontribusi sampai pemerintah daerah untuk program desa broadband terpadu.

PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) terpilih sebagai mitra operator telekomunikasi seluler yang paling tertib bayar kewajiban dana KPU/USO. Setiap tahun perusahaan membayar Rp 100 miliar.

PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) terpilih sebagai mitra penyedia layanan internet terbaik. PSN berhasil menyisihkan Telkom, Lintasarta, Iforte, Infokom, DTP dan Patrakom. Saat ini PSN memiliki 262 lokasi yang sudah terpasang.

Dalam kesempatan yang sama salah satu site PT.PSN berhasil mendapat penghargaan sebagai Mitra Pengelola Akses Internet Terbaik yaitu Desa Matutuang, Kecamatan Kepulauan Marore.

Dalam forum tersebut, Direktur Utama BPPPTI Anang Latif mengatakan “melalui kegiatan Apresiasi kepada mitra kerja ini, diharapkan seluruh entitas yang terlibat di dalam program KPU/USO akan semakin bersinergi di dalam meningkatkan akuntabilitas, efektivitas dan mutu program KPU/USO, serta mengoptimalkan pemasukan dari sektor Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk digunakan secara optimal bagi kepentingan masyarakat”.

Menkominfo Rudiantara mengemukakan, persentase pungutan dana KPU/USO akan dinaikkan hingga menjadi 3 persen. Tujuannya agar meningkatkan alokasi dana pembangunan di desa tertinggal, terdepan, terbelakang.

”Program Palapa Ring baru sebatas membangun jaringan tulang punggung. Jaringan akses sampai ke rumah tangga belum. Jadi, masih banyak pekerjaan rumah,” katanya.

Rudiantara menggambarkan lebih dari 10.000 kecamatan butuh jaringan akses internet. Lebih dari 200.000 sekolah memerlukan sambungan internet.

”KPU/USO akan terus dioptimalkan. Di sisi lain, saya mengusulkan satelit pemerintah untuk mengatasi kebutuhan jaringan akses. Proses pengadaannya ditargetkan selesai tahun 2021,” imbuh Rudiantara.